Oke saya mulai..
Sabtu, 13
September 2014
2
hari sebelum OSPEK. Panitia kumpul dalam rangka pra ospek dan persiapan akhir kegiatan
ospek. Seusai sholat dhuhur, aku, Amak, sama Siblo istirahat sambil nyari angin
di belakang kantor BAAK. Maklum, temu kangen karena Amak baru pulang dari
Bekasi setelah sekian lama meninggalkan kami sehabis pulkam.
Dalam
suasana penuh semilir angin yang membuai aku memulai percakapan,
“Gak krasa ya, udah setahun aja kita di sini”
Siblo
menanggapi “Rasanya kek baru kemarin kita kenal. Rasanya baru kemarin kita diospekin”
Lalu
semuanya diam, pikiran melancong jauh pada potret setahun silam. Dimana kampus
AKN Ponorogo mempertemukan tiga orang yang – aku bisa bilang punya chemistry satu sama lain; sebut saja kami
bersahabat.
“Aku
bersyukur banget dikasih sahabat seperti kalian sama Tuhan. Lebih bersyukur
lagi punya kalian yang selalu ngingetin aku sama kebaikan. Terima kasih ya”,
kataku.
“Sahabat itu memang harus saling mengingatkan”,
jawab Amak sambil tersenyum.
Setelah curhat curhat serius, si Amak yang emang
usil tiba-tiba nyeletuk
“Siapa
yang dulu ngefans sama senior hayo..”
Aku
sama Amak kompakan nengok ke Siblo dengan pandangan nakal.
Dan
misi kita berhasil. Dia merasa terpojokkan dan salah tingkah.
“Hehh..
Itu dulu ya, dulu. Dulu itu kelihatannya waw. Ternyata..... Ahsudahlah.
Sekarang kan aku udah ada Rizki” bantahnya. Menciptakan “cie” panjang dariku
dan Amak.
Kita
ngakak abis-abisan liat tingkah laku Siblo yang memang lucu gegara salah
tingkah.
Nggak terima diketawain, Siblo pun membalas, “Halah, kamu juga mak.
Cinlok gegara diboncengin sama senior.”
Kelakuan
Amak sungguh sangat patut untuk ditertawakan. Nggak terima juga Amak nyeletuk
“Heh, apa kamu ketawa? Kamu juga deket ama senior gegara dibonceng kan?”
#Jedddaaarrr
aku kena batunya. “Kita kok samaan gini ya. Punya moodbooster senior tapi nggak
jelas semua.”, kataku.
Kita
ketawa kenceng. Serasa pengen ngeluarin semua emosi yang terpendam saat itu.
“Maklum,
kita dulu kan masih polos. Masih polos.”, katanya sambil menggaris bawahi
kalimat terakhir.
“Biar
semua php php-an dari mereka menguap lewat udara yang kita keluarkan dari
tertawa ini”, kataku.
Ketawa
lagi. Dan makin kenceng. Tiba-tiba pak ketua muncul dari balik tembok dan
mengagetkan kami bertiga. Spontan menjerit bersamaan. Kaget? Yaiyalah, pasti.
Dengan
sisa-sisa tawa kita memutuskan untuk masuk ke dalam kantor dan menyudahi sesi
gila-gilaan, dan refreshing sebelum kegiatan ospek berlangsung. Juga nggak pengen
pak ketua mendengar lebih lanjut perbincangan absurd kami tadi.
Jadi, tertawalah sebelum tertawa itu dilarang
teman-teman :D
No comments:
Post a Comment