Pages

Tuesday, 17 June 2014

Surat Tak Sampai



Dear White Rose Prince,

Nyenyak kah tidurmu semalam?
Aku berharap ada senyum tersungging di bibirmu selepas kau terbangun dari tidurmu. Menyambut hari-hari bahagia yang menanti di hadapanmu. Apalah aku ini, hanya mampu mendoakan kebaikanmu dari jauh. Itupun sudah cukup bagiku. Tak ada pengharapan lebih dari ini. Senyummu abadikan bahagiaku.

Ohya, bagaimana kabar hatimu?
Masihkah susah move on dengan mantan kekasih yang pernah atau bahkan masih kau cintai itu? Dari beberapa kicauanmu di sosial media, kelihatannya kamu kurang tenang. Maaf tiba-tiba lancang menanyaimu tentang itu. Kau tahu kan stalking sudah jadi kebiasaan (buruk) ku yang sangat sulit untuk kuhindari.

Tentang mimpiku. Entah mengapa mendadak semalam kau mengunjungiku lewat setting empat tahun silam. Dimana pertama kali aku bertemu dan pertama kali juga benih rasa itu tumbuh. Semua dalam mimpi semalam terasa begitu nyata. Bahkan debar ketika kamu berbicara di depanku. Padahal akhir-akhir ini tak sedetik pun aku mengingatmu, berusaha pun enggan. Mungkinkah ini satu bentuk protes bahwa kau tak ingin aku lupakan.

Tapi, Sa. Aku sudah mulai belajar untuk jatuh cinta lagi. Mulai belajar untuk tak menghiraukan kehidupan nyatamu lagi. Aku ingin menciptakan hati baru yang siap mencintai dan dicintai oleh orang lain.

Mengerti akan bahagiamu yang tak bisa hadirkan sosokku disana. Lagipula kau juga tak butuh orang yang selalu mengirimimu surat ketika ia rindu, kan? Semoga Tuhan selalu menghadirkan sosok yang baik sebagai temanmu disana.

Kubiarkan rinduku menguap diantara embun pagi yang perlahan menghangat oleh sinar mentari. Kubiarkan cintaku untukmu terpenjara dalam kotak pandora, agar aku bisa membukanya kapan saja. Kubiarkan segala harapku mengendap diantara tumpukan maya yang tak bisa jadi nyata.
Seperti kasihku padamu; surat ini pun juga tak sampai.

No comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com