“Pada kenangan cinta pertama, kau akan sibuk memainkan perasaan sendiri. Sesaat kau tertawa mengenang segala, tangis bisa pecah setelahnya.” - @mas_aih
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti
tahun. Kala itu aku masih duduk di bangku kelas IX. Masih berharap bisa
melanjutkan percakapan yang menggantung. Potongan pesan singkatmu yang masih
kuingat. Ah, kau
mencoba memancingku dengan berkata bahwa kamu ingin aku jadi pacarmu. Haha,
sangat lucu. Namun setelah itu kamu menghilang. Kita sudah jarang berhubungan.
Seperti lenyap ditelan bumi. Senja,
kamu, angkuh, sesaat, pergi. Entah apakah kamu dan senja memiliki keindahan
yang takkan pernah bisa kugapai. Sejak saat itu, aku jadi pengagum senja.
Setidaknya ia masih setia menemaniku tiap kali aku merasa sepi. Dan disana pula
aku menggantungkan harapanku untuk bisa bertemu denganmu lagi, cinta pertamaku.
“kenangan cinta pertama, —seberapapun getirnya. akan membuatmu tetap mengingatnya untuk sekadar nostalgia.” - @mas_aih
Masa-masa putih abu-abu juga dengan lancar kulewati. Entah
mengapa bayanganmu sedikit menghilang dari kepala. Bukan, bukannya hilang.
Hanya lupa. Akupun berpikir sekali lagi. Mengapa aku sering memikirkan, atau
bahkan menangisi seseorang yang sama sekali tidak memikirkanku. Bagaimana aku
tahu? Ya, selama ini pun kamu tak pernah lagi mencariku. Itu sudah merupakan
jawaban yang sangat jelas bagiku.
Semakin lama semakin memahami. Bahwa hakikat cinta itu tak
mesti harus memiliki.Kembali merasakan hampa dengan mengikhlaskamu pergi. Kini
hampir 7 tahun sejak rasa itu pertama kali hadir. Aku ingin mengucapkan terima kasih
padamu untuk segalanya. Terima kasih telah menjadi pangeran pertamaku.
“biarkan saja kenangan cinta pertama tetap ada. agar kamu bisa lebih mendewasa dalam menyikapi dan memaknai cinta sesudahnya.” - @mas_aih
No comments:
Post a Comment