Di suatu malam, terlihat seorang anak perempuan
sedang menangis dan menghambur di pelukan lelaki yang amat disayangnya. Dengan
disaksikan cahaya temaram dari sang rembulan malam itu, ia mencoba menceritakan
apa yang membuatnya bersedih. Meski harus terbata-bata karena tersengal oleh
air matanya ia seperti mengeja kata demi kata. Lelaki tua tadi dengan sabar mendengarkan
dan sesekali mengelus lembut ujung kepala sang anak.
“Ayah, aku takut”, gadis kecil itu memulai percakapan.
“Sayang, sesungguhnya rasa takut itu hanyalah ada di
alam imajimu saja. Kan ayah sudah pernah bilang sebelumnya, jangan terlalu
memikirkan sesuatu yang membuatmu khawatir. Apa sebenarnya yang membuatmu
takut?”
“Aku takut, aku tidak bisa menjadi seperti yang ayah
pinta. Aku takut tak bisa jadi anak yang ayah banggakan”, balasnya masih sambil
sesenggukan.
“Nak... Apa ayah terlalu menuntut? Ayah bersyukur
karena kamu sudah jadi anak yang baik. Ayah hanya minta kamu terus jadi anak
yang baik, berguna bagi sesama, hanya itu. Jangan terlalu memaksakan dirimu.
Pasrahkan semuanya pada Allah, kamu punya Allah disini, di dalam hatimu. Jangan
takut lagi yah?”, nasehatnya.
Hal sebenarnya yang menjadi alasan utama air matanya
menetes masih ia simpan rapat di dalam hati. Tak kuasa kalau ia harus
mengatakan yang sejujurnya. Ia pikir semua ini sudah cukup membuatnya tenang.
Dengan demikian ia telah mampu mencuri sekian menit
kedamaian dari padatnya kesibukan hariannya. Sibuk kuliah, sibuk mengerjakan
tugas, sibuk rapat ini lah rapat itulah; monoton. Dimana sepulang dari kampus ia
hanya menjumpai ayahnya yang sedang rebahan di kasur tua, mengusir lelah.
Ya, gadis kecil itu aku. Dan ayah yang penyabar tadi
adalah ayahku. Pikiran jauh menerawang belasan tahun yang lalu. Aku rindu jadi
gadis kecil yang ayah manja. Yang selalu ada di setiap derap langkahnya. Sekarang
gadis kecil ayah sudah besar, tapi ia tetap menyayangi ayah sama seperti dulu,
tak kurang dan tak lebih. Semoga engkau selalu diberi kesehatan hingga kelak
engkau akan kubahagiakan sebagaimana bahagiaku karenamu sewaktu kecil dahulu.
Aku sayang ayah :)
No comments:
Post a Comment