Pages

Saturday, 22 March 2014

BAHASA ASSEMBLY

Pengenalan Assembly


Bahasa Assembly atau yang biasa disebut bahasa rakitan merupakan bahasa pemrograman tingkat rendah yang dapat digunakan untuk memprogram mikroprosessor, komputer, mikrokontroler, dll dan setingkat diatas bahasa mesin. Bahasa Assembly berbeda dengan bahasa pemrograman lainnya karena Assembly merupakan dasar dari pemrograman itu semua. Karena itu kemampuan Assembly masih lebih baik dari bahasa pemrograman tingkat tinggi, contohnya C, C++, Basic, Pascal dan Java. Selain itu assembly juga mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahasa tingkat apapun contohnya dalam hal kecepatan akses, mudahnya memanipulasi sistem komputer dan file-nya berukuran kecil. Untuk mempelajari bahasa Assembly harus memiliki pengetahuan khusus tentang pemrograman dan cenderung mengalami kesulitan untuk memahaminya. Tapi disisi lain Assembly ini juga memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan untuk memprogram suatu hardware yang tidak dapat diprogram menggunakan bahasa tingkat tinggi.
Dalam penulisan bahasa Assembly diperlukan suatu software khusus bahasa Assembly yang biasa disebut assembler. Assembler ini berfungsi untuk menerjemahkan kode dalam bahasa Assembly ke dalam bahasa mesin untuk hardware yang akan diprogram (kompilasi). Assembler ini berbeda dengan compiler yang terdapat pada pemrograman tingkat tinggi yang memiliki fungsi menerjemahkan perintah menjadi instruksi pada kode mesin.
Pemrograman tingkat rendah contohnya Asslemby ini lebih berorientasi ke hardware (mesin) dimana pemrograman ini lebih mengutamakan pernyataan yang dapat dijalankan oleh mesin. Sedangkan pemrograman tingkat tinggi lebih berorientasi kepada manusia agar manusia bisa mudah menulis dan mengerti pernyataan yang terdapat pada program.

Perbandingan Assembly dengan Bahasa Lain
Pemrograman Assembly merupakan bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu bahasa mesin. Dengan menggunakan bahasa Assembly seorang programmer akan lebih mudah memahami instruksi jika dibandingkan dengan menggunakan kode mesin. Bahasa mesin biasanya menggunakan alamat memori  berupa kode heksadesimal yang sulit dipahami. Untuk mempermudahnya maka diciptakan bahasa Assembly yang menggunakan fasilitas label yang terdapat pada Assembly itu sendiri.
Jika Assembly dibandingkan dengan bahasa pemrograman tingkat tinggi lainnya, maka Assembly akan sangat sulit dipahami jika dibandingkan dengan bahasa C. Ini yang membuat Assembly mulai ditinggalkan karena kerumitan-nya. Saat ini para programmer cenderung lebih suka menggunakan bahasa C atau C++ untuk melakukan pemograman pada hardware. Namun pemrograman bahasa tingkat tinggi memiliki keterbatasan terhadap pemanfaatan hardware. Karena pemrograman tingkat tinggi biasanya menerjemahkan sebuah instruksi menjadi kode mesin. Berbeda halnya dengan Assembly yang secara langsung menerjemahkan instruksi menjadi instruksi mesin.
Dalam penulisannya, bahasa tingkat tinggi biasanya menggunakan IDE (Integrated Development Environment) yang sudah dikemas dalam bentuk software jadi. Namun untuk bahasa Assembly cukup menggunakan teks editor seperti notepad, notepad++, wordpad, dll.

Penulisan Bahasa Assembly
Pada penulisan program dalam bahasa Assembly harus berekstensi .ASM, setelah itu program dikompilasi menjadi file object dengan ekstensi .OBJ, langkah selanjutnya dilink menjadi executable file dengan berekstensi .EXE/.COM, executable file ini yang bisa dijalankan. Untuk melakukan kompilasi program dapat digunakan software Turbo Assembler (TASM).
Perlu diketahui bahwa setiap prosessor pada komputer memiliki kontruksi hardware yang berbeda sehinggaa bahasa Assembly yang digunakan tiap prosessor juga berbeda. Hanya pola dasar dan cara penulisannya saja yang sama.
Terdapat 2 bagian pada program dalam bahasa Assembly
  1. Assembly Directive merupakan bagian pada kode berfungsi sebagai pengarah bagi assembler/compiler untuk menata program.
  2. Instruction merupakan bagian kode yang harus dieksekusi oleh CPU dengan melakukan operasi yang telah di perintahkan pada program.
Kelebihan Menggunakan Bahasa Assembly
  1. Cepat pada saat melakukan running program
  2. Efisien dalam penggunaan memori
  3. Memiliki ukuran file yang kecil saat di-compile
Kelemahan Menggunakan Bahasa Assembly
  1. Lebih sulit dipahami pada penulisan kode yang panjang
  2. Baris program lebih panjang dari pada bahasa tingkat tinggi
  3. Kesulitan dalam melakukan operasi yang kompleks

source: http://www.geyosoft.com/2012/bahasa-assembly

Sunday, 9 March 2014

GENERATOR DC

Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah. Generator DC dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar (anker), jenis generator DC yaitu:
1. Generator penguat terpisah
2. Generator shunt
3. Generator kompon

1. Konstruksi Generator DC

Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent dengan 4-kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter eksitasi, penyearah, bearing dan rumah generator atau casis, serta bagian rotor. Gambar 1 menunjukkan gambar potongan melintang konstruksi generator DC.


Gambar 1. Konstruksi Generator DC

Generator DC terdiri dua bagian, yaitu stator, yaitu bagian mesin DC yang diam, dan bagian rotor, yaitu bagian mesin DC yang berputar. Bagian stator terdiri dari: rangka motor, belitan stator, sikat arang, bearing dan terminal box. Sedangkan bagian rotor terdiri dari: komutator, belitan rotor, kipas rotor dan poros rotor.

Bagian yang harus menjadi perhatian untuk perawatan secara rutin adalah sikat arang yang akan memendek dan harus diganti secara periodic / berkala. Komutator harus dibersihkan dari kotoran sisa sikat arang yang menempel dan serbuk arang yang mengisi celah-celah komutator, gunakan amplas halus untuk membersihkan noda bekas sikat arang.




2. Prinsip kerja Generator DC

Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:

• dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi bolak-balik.
• dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.

Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.


Gambar 2. Pembangkitan Tegangan Induksi.

Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar terjadi saat rotor menempati posisi seperti Gambar 2 (a) dan (c). Pada posisi ini terjadi perpotongan medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi jangkar pada Gambar 2.(b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak adanya perpotongan medan magnet dengan penghantar pada jangkar atau rotor. Daerah medan ini disebut daerah netral.


Gambar 3. Tegangan Rotor yang dihasilkan melalui cincin-seret dan komutator.

Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin (disebut juga dengan cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 3.(1), maka dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik) berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin Gambar 3.(2) dengan dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positip.

• Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi bolak-balik. Sebuah komutator berfungsi sebagai penyearah tegangan AC.

• Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC, sebanding dengan banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi (arus penguat medan).

3. Jangkar Generator DC

Jangkar adalah tempat lilitan pada rotor yang berbentuk silinder beralur. Belitan tersebut merupakan tempat terbentuknya tegangan induksi. Pada umumnya jangkar terbuat dari bahan yang kuat mempunyai sifat feromagnetik dengan permiabilitas yang cukup besar.
Permiabilitas yang besar diperlukan agar lilitan jangkar terletak pada derah yang induksi magnetnya besar, sehingga tegangan induksi yang ditimbulkan juga besar. Belitan jangkar terdiri dari beberapa kumparan yang dipasang di dalam alur jangkar. Tiap-tiap kumparan terdiri dari lilitan kawat atau lilitan batang.


Gambar 4. Jangkar Generator DC.

4. Reaksi Jangkar

Fluks magnet yang ditimbulkan oleh kutub-kutub utama dari sebuah generator saat tanpa beban disebut Fluks Medan Utama (Gambar 5). Fluks ini memotong lilitan jangkar sehingga timbul tegangan induksi.


Gambar 5. Medan Eksitasi Generator DC

Bila generator dibebani maka pada penghantar jangkar timbul arus jangkar. Arus jangkar ini menyebabkan timbulnya fluks pada penghantar jangkar tersebut dan biasa disebut FIuks Medan Jangkar (Gambar 6).


Gambar 6. Medan Jangkar dari Generator DC (a) dan Reaksi Jangkar (b).

Munculnya medan jangkar akan memperlemah medan utama yang terletak disebelah kiri kutub utara, dan akan memperkuat medan utama yang terletak di sebelah kanan kutub utara. Pengaruh adanya interaksi antara medan utama dan medan jangkar ini disebut reaksi jangkar. Reaksi jangkar ini mengakibatkan medan utama tidak tegak lurus pada garis netral n, tetapi bergeser sebesar sudut α. Dengan kata lain, garis netral akan bergeser. Pergeseran garis netral akan melemahkan tegangan nominal generator.
Untuk mengembalikan garis netral ke posisi awal, dipasangkan medan magnet bantu (interpole atau kutub bantu), seperti ditunjukkan pada Gambar 7.(a).


Gambar 7. Generator dengan Kutub Bantu (a) dan Generator Kutub Utama, Kutub Bantu, Belitan Kompensasi (b).

Lilitan magnet bantu berupa kutub magnet yang ukuran fisiknya lebih kecil dari kutub utama. Dengan bergesernya garis netral, maka sikat yang diletakkan pada permukaan komutator dan tepat terletak pada garis netral n juga akan bergeser. Jika sikat dipertahankan pada posisi semula (garis netral), maka akan timbul percikan bunga api, dan ini sangat berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya lainnya. Oleh karena itu, sikat juga harus digeser sesuai dengan pergeseran garis netral. Bila sikat tidak digeser maka komutasi akan jelek, sebab sikat terhubung dengan penghantar yang mengandung tegangan. Reaksi jangkar ini dapat juga diatasi dengan kompensasi yang dipasangkan pada kaki kutub utama baik pada lilitan kutub utara maupun kutub selatan, seperti ditunjukkan pada gambar 7 (a) dan (b), generator dengan komutator dan lilitan kompensasinya.

Kini dalam rangkaian generator DC memiliki tiga lilitan magnet, yaitu:
• lilitan magnet utama
• lilitan magnet bantu (interpole)
• lilitan magnet kompensasi

5. Jenis-Jenis Generator DC

Seperti telah disebutkan diawal, bahwa generator DC berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar (anker) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Generator penguat terpisah
2. Generator shunt
3. Generator kompon

Generator Penguat Terpisah

Pada generator penguat terpisah, belitan eksitasi (penguat eksitasi) tidak terhubung menjadi satu dengan rotor. Terdapat dua jenis generator penguat terpisah, yaitu:
1. Penguat elektromagnetik (Gambar 8.a)
2. Magnet permanent / magnet tetap (Gambar 8.b)


Gambar 8. Generator Penguat Terpisah.

Energi listrik yang dihasilkan oleh penguat elektromagnet dapat diatur melalui pengaturan tegangan eksitasi. Pengaturan dapat dilakukan secara elektronik atau magnetik. Generator ini bekerja dengan catu daya DC dari luar yang dimasukkan melalui belitan F1-F2.

Penguat dengan magnet permanen menghasilkan tegangan output generator yang konstan dari terminal rotor A1-A2. Karakteristik tegangan V relatif konstan dan tegangan akan menurun sedikit ketika arus beban I dinaikkan mendekati harga nominalnya.

Karakteristik Generator Penguat Terpisah


Gambar 9. Karakteristik Generator Penguat Terpisah

Gambar 9 menunjukkan:
a. karakteristik generator penguat terpisah saat eksitasi penuh (Ie 100%) dan saat eksitasi setengah penuh (Ie 50%). Ie adalah arus eksitasi, I adalah arus beban.Tegangan output generator akan sedikit turun jika arus beban semakin besar.
b. Kerugian tegangan akibat reaksi jangkar.
c. Perurunan tegangan akibat resistansi jangkar dan reaksi jangkar, selanjutnya mengakibatkan turunnya pasokan arus penguat ke medan magnet, sehingga tegangan induksi menjadi kecil.

Generator Shunt

Pada generator shunt, penguat eksitasi E1-E2 terhubung paralel dengan rotor (A1-A2). Tegangan awal generator diperoleh dari magnet sisa yang terdapat pada medan magnet
stator. Rotor berputar dalam medan magnet yang lemah, dihasilkan tegangan yang akan memperkuat medan magnet stator, sampai dicapai tegangan nominalnya. Pengaturan arus eksitasi yang melewati belitan shunt E1-E2 diatur oleh tahanan geser. Makin besar arus eksitasi shunt, makin besar medan penguat shunt yang dihasilkan, dan tegangan terminal meningkat sampai mencapai tegangan nominalnya. Diagram rangkaian generator shunt dapat dilihat pada Gambar 10.


Gambar 10. Diagram Rangkaian Generator Shunt

Jika generator shunt tidak mendapatkan arus eksitasi, maka sisa megnetisasi tidak akan ada, atau jika belitan eksitasi salah sambung atau jika arah putaran terbalik, atau rotor terhubung-singkat, maka tidak akan ada tegangan atau energi listrik yang dihasilkan oleh generator tersebut.

Karakteristik Generator Shunt


Gambar 11. Karakteristik Generator Shunt.

Generator shunt mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Tegangan output akan turun lebih banyak untuk kenaikan arus beban yang sama, dibandingkan dengan tegangan output pada generator penguat terpisah.

Sebagai sumber tegangan, karakteristik dari generator penguat terpisah dan generator shunt tentu kurang baik, karena seharusnya sebuah generator mempunyai tegangan output yang konstan, namun hal ini dapat diperbaiki pada generator kompon.

Generator Kompon

Generator kompon mempunyai dua penguat eksitasi pada inti kutub utama yang sama. Satu penguat eksitasi merupakan penguat shunt, dan lainnya merupakan penguat seri. Diagram rangkaian generator kompon ditunjukkan pada Gambar 12. Pengatur medan magnet (D1-D2) terletak di depan belitan shunt.


Gambar 12. Diagram Rangkaian Generator Kompon

Karakteristik Generator Kompon


Gambar 13. Karakteristik Generator Kompon

Gambar 13 menunjukkan karakteristik generator kompon. Tegangan output generator terlihat konstan dengan pertambahan arus beban, baik pada arus eksitasi penuh maupun eksitasi 50%. Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan lilitan seri, yang cenderung naik tegangannya jika arus beban bertambah besar. Jadi ini merupakan kompensasi dari generator shunt, yang cenderung tegangannya akan turun jika arus bebannya naik.



Daftar pustaka:
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/generator-dc.html

Monday, 3 March 2014

TRANSFORMASI LAPLACE

Transformasi Laplace adalah suatu teknik untuk menyederhanakan permasalahan dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan keluaran, dengan melakukan transformasi dari suatu domain pengamatan ke domain pengamatan yang lain.
Transformasi Laplace memiliki peran penting dalam aplikasi-aplikasi dalam bidang fisika, optik, rekayasa listrik, rekayasa kendali, pemrosesan sinyal dan teori kemungkinan.
Transformasi Laplace dari suatu fungsi f(t), yang terdefinisi untuk semua nilai t riil dengan t ≥ 0, adalah fungsi F(s), yang didefinisikan sebagai:
F(s)  = \mathcal{L} \left\{f(t)\right\}  =\int_{0^-}^\infty e^{-st} f(t)\,dt.
Limit bawah 0^- adalah kependekan dari  \lim_{\epsilon \rightarrow +0} -\epsilon \ dan memastikan inklusi dari keseluruhan fungsi delta Diract  \delta (t) \ pada 0 jika terdapat suatu impuls dalam f(t) pada 0.
Secara umum parameter s bernilai kompleks:
s = \sigma + i \omega \,
Jenis transformasi integral ini memiliki sejumlah sifat yang membuatnya amat berguna bagi analisis sistem dinamik linier. Keunggulan utama dari cara ini adalah mengubah proses diferensiasi menjadi perkalian dan integrasi menjadi pembagian, dengan adanya s (Hal ini mirip dengan fungsi logaritma yang mengubah operasi perkalian dan pembagian menjadi penjumlahan dan pengurangan). Perubahan persamaan integral dan diferensial menjadi bentuk polinomial menyederhanakan proses penyelesaian.

Pengertian Transformasi Laplace
Misal f(t) terdefinisikan untuk t>0.  Dibentuk fungsi F dengan

1
Jika F(s) ada maka F(s) disebut transformasi Laplace dari f(t) dan dinotasikan dengan L(f).  Dalam hal ini f(t) disebut transformasi invers dari F(s) dan dinotasikan dengan L -1(F).  Jadi,
2
3



 Tabel Transformasi Laplace


CONTOH SOAL TRANSFORMASI LAPLACE




DAFTAR PUSTAKA:

http://id.wikipedia.org/wiki/Transformasi_Laplace
http://www.ambrsoft.com/Equations/Functions/Images/laplaceTable.PNG
http://te.ugm.ac.id/~risanuri/isyaratsystem/Soalsoal01_files/image023.gif 
http://blog.ub.ac.id/syafrilabdillah/2013/03/05/transformasi-laplace/ 
 

Blog Template by BloggerCandy.com